KEPSEK SMK Diponegoro Cilacap Diduga Melakukan Pelecehan Seksual Terhadap Anak Didiknya
Oleh Redaksi » Pada Hari Kamis, 25 Oktober 2012 | 14:51 WIB
Oleh Redaksi » Pada Hari Kamis, 25 Oktober 2012 | 14:51 WIB
Cilacap - MEDINAS
Betapa miris mendengar ulah seorang Kepala Sekolah yang seharusnya menjadi teladan bagi warga sekolah malah berbuat tidak senonoh terhadap beberapa siswi SMK DIPONEGORO CILACAP yang beralamat di Desa Kutosari Kecamatan Cipari, Cilacap. Salah satu korbannya berinisial DN (17) yang masih duduk dibangku kelas sebelas. Kejadian ini terungkap setelah DN mengadukan kejadian yang ia alami sekitar enam bulan yang lalu kepada orang tuanya, DN menceritakan bahwa dirinya pernah dipaksa untuk melayani nafsu bejat sang Kepala Sekolah. Semua berawal saat DN diminta untuk mewakili SMK DIPONEGORO Cilacap mengikuti perlombaan antar sekolah yang diadakan di Kabupaten Banyumas, namun bukannya dibawa ke perlombaan DN malah bibawa ke sebuah penginapan oleh Kepala Sekolah untuk melayani nafsu bejatnya. Dari keterangan DN ia sempat melakukan penolakan dengan memberontak dan akhirnya meminta pulang, sang Kepala Sekolah pun gagal untuk melakukan niat bejatnya. Tapi ditengah perjalanan saat pulang DN dipaksa turun di jalan akibat DN tidak mau melayani nafsu bejat Kepala Sekolah. Akibat dari kejadian ini DN merasa tertekan dan trauma, bahkan DN memutuskan untuk putus sekolah, walaupun teman sekolah DN mengajaknya untuk melanjutkan sekolah lagi DN menolak dengan alasan takut dengan menunjukan sikap seperti depresi. Ungkap narasumber yang tidak mau disebutkan namanya.
Dari hasil penelusuran tim Medinas ternyata hal serupa terjadi juga pada siswi yang lain, sehingga kejadian ini diketahui oleh warga. Pegawai Negeri Sipil (PNS.red) yang menjabat sebagai Kepala Sekolah di yayasan SMK DIPONEGORO Cilacap bernama Sumardi, Spd (58) laki-laki yang sudah mempunyai cucu ini tingkah lakunya seperti tidak waras kata seorang warga setelah mendengar kejadian tersebut. Bahkan salah satu siswinya berinisial FI yang kebetulan sahabat DN mengungkapkan bahwa ia mengalami kejadian serupa, FI sering mendapat sms dari Sumardi yang berisi bujukan untuk melayani nafsu bejatnya dengan mengiming-imingi akan memberikan apa yang FI minta asalkan mau diajak Making Love (ML.red) dengan Sumardi, dari mulai biaya sekolah dan kebutuhan yang lain akan ditanggung, namun Sumardi tidak berhasil membujuk FI. Hal itupun dialami juga oleh siswi-siswi yang lain, namun tidak mau menceritakan kepada wartawan saat dikonfirmasi.
Saat tim Medinas menemui Sumardi diruang Kepala Sekolah SMK DIPONEGORO saat dikonfirmasi Sumardi tidak bisa berbuat apa-apa dan terlihat menyesali perbuatannya. Sangat jelas perbuatan yang dilakukan Sumardi sudah mencoreng bahkan merusak nama baik sekolah seperti halnya tempat prostitusi, dengan mudahnya mengajak dan membujuk siswinya yang masih tergolong dibawah umur untuk melayani niat bejatnya. Apalagi korbannya mencapai enam orang yaitu Dian, Fifi, Mutoharoh, dll.
Sebenarnya pelecehan seksual yang dilakukan Kepala Sekolah Sumardi sudah berjalan sangat lama, seperti yang dituturkan oleh ibu dari FI, tiga tahun yang lalu juga pernah seorang siswi yang tidak lain adalah kakak kandung FI sendiri yang waktu itu bersekolah di SMK DIPONEGORO Cilacap.
Karena wartawan Medinas tidak mau sepihak maka pada hari jumat (19/10) kami konfirmasi ke rumah Sumardi dan disambut oleh Sumardi, istri, anak dan adik Sumardi yang juga seorang pendidik. Pihak keluarga membantah keras bahwa suami, bapak, kakak mereka Sumardi tidak melakukan pelecehan seksual terhadap muridnya.
Tapi ketika wartawan menanyakan kebenaran Sumardi telah menyerahkan uang senilai satu juta rupiah kepada seseorang untuk mendekati para korban agar diam dan tidak menuntut. Sumardi tidak berkutik dan mengakui bahwa benar dia menyerahkan uang satu juta rupiah kepada Mohamad Rosidin di rumah. Maka hal ini ternyata harus diusut tuntas supaya tidak mencoreng nama baik dunia pendidikan dan membuat masyarakat trauma untuk menyekolahkan anaknya di SMK DIPONEGORO Cilacap, juga agar tidak ada lagi korban pelecehan seksual terhadap anak dibawah umur apalagi dilakukan oleh seorang guru yang seharusnya di gugu lan di tiru. (Edison/amsir)
Dari hasil penelusuran tim Medinas ternyata hal serupa terjadi juga pada siswi yang lain, sehingga kejadian ini diketahui oleh warga. Pegawai Negeri Sipil (PNS.red) yang menjabat sebagai Kepala Sekolah di yayasan SMK DIPONEGORO Cilacap bernama Sumardi, Spd (58) laki-laki yang sudah mempunyai cucu ini tingkah lakunya seperti tidak waras kata seorang warga setelah mendengar kejadian tersebut. Bahkan salah satu siswinya berinisial FI yang kebetulan sahabat DN mengungkapkan bahwa ia mengalami kejadian serupa, FI sering mendapat sms dari Sumardi yang berisi bujukan untuk melayani nafsu bejatnya dengan mengiming-imingi akan memberikan apa yang FI minta asalkan mau diajak Making Love (ML.red) dengan Sumardi, dari mulai biaya sekolah dan kebutuhan yang lain akan ditanggung, namun Sumardi tidak berhasil membujuk FI. Hal itupun dialami juga oleh siswi-siswi yang lain, namun tidak mau menceritakan kepada wartawan saat dikonfirmasi.
Saat tim Medinas menemui Sumardi diruang Kepala Sekolah SMK DIPONEGORO saat dikonfirmasi Sumardi tidak bisa berbuat apa-apa dan terlihat menyesali perbuatannya. Sangat jelas perbuatan yang dilakukan Sumardi sudah mencoreng bahkan merusak nama baik sekolah seperti halnya tempat prostitusi, dengan mudahnya mengajak dan membujuk siswinya yang masih tergolong dibawah umur untuk melayani niat bejatnya. Apalagi korbannya mencapai enam orang yaitu Dian, Fifi, Mutoharoh, dll.
Sebenarnya pelecehan seksual yang dilakukan Kepala Sekolah Sumardi sudah berjalan sangat lama, seperti yang dituturkan oleh ibu dari FI, tiga tahun yang lalu juga pernah seorang siswi yang tidak lain adalah kakak kandung FI sendiri yang waktu itu bersekolah di SMK DIPONEGORO Cilacap.
Karena wartawan Medinas tidak mau sepihak maka pada hari jumat (19/10) kami konfirmasi ke rumah Sumardi dan disambut oleh Sumardi, istri, anak dan adik Sumardi yang juga seorang pendidik. Pihak keluarga membantah keras bahwa suami, bapak, kakak mereka Sumardi tidak melakukan pelecehan seksual terhadap muridnya.
Tapi ketika wartawan menanyakan kebenaran Sumardi telah menyerahkan uang senilai satu juta rupiah kepada seseorang untuk mendekati para korban agar diam dan tidak menuntut. Sumardi tidak berkutik dan mengakui bahwa benar dia menyerahkan uang satu juta rupiah kepada Mohamad Rosidin di rumah. Maka hal ini ternyata harus diusut tuntas supaya tidak mencoreng nama baik dunia pendidikan dan membuat masyarakat trauma untuk menyekolahkan anaknya di SMK DIPONEGORO Cilacap, juga agar tidak ada lagi korban pelecehan seksual terhadap anak dibawah umur apalagi dilakukan oleh seorang guru yang seharusnya di gugu lan di tiru. (Edison/amsir)
http://www.media-nasional.org/2012/10/kepsek-smk-diponegoro-cilacap-diduga.html